SEMARANG – Wakil gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, atas penurunan angka kemiskinan yang masif. Dia meminta agar semua pihak agar lebih semangat lagi dalam bekerja untuk menekan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
Disebutkan, berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, penurunan kemiskinan di Jateng mencapai 102,57 ribu jiwa dari 3,93 juta jiwa menjadi 3,83 juta jiwa. Jumlah ini merupakan angka penurunan kemiskinan terbesar dari 25 provinsi yang mengalami penurunan.
“Pada hari ini kita mendapat informasi dari BPS bahwa penurunan angka kemiskinan sangat signifikan. Ada 25 provinsi mengalami penurunan. Jateng penurunan angka kemiskinan tertinggi, sekitar 102 ribu. Sudah diumumkan, ini artinya kita orang Jateng patut bersyukur, dan perlu giat lagi di era setelah pandemi,” kata Taj Yasin, yang juga merupakan Ketua Tim Koordinator Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi Jateng, saat dikonfirmasi di Rumah Dinas Rinjani, Sabtu (16/07/2022).
Gus Yasin, sapaan akrabnya, menerangkan penurunan kemiskinan di Jawa Tengah tak lepas dari upaya berbagai pihak. Beberapa program yang telah digulirkan seperti renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Jambanisasi, Bantuan kepada keluarga miskin, pemasangan listrik gratis dikelola ke dalam satu program unggulan, yakni Satu OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Satu Desa Dampingan. Bukan hanya itu, dalam pelaksanaannya juga dikerjakan secara gotong-royong mulai dari pemerintah provinsi hingga pemerintah desa. Hal ini, membuat penurunan kemiskinan di Jateng sangat signifikan.
Pada masa pemerintahannya mendampingi Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Taj Yasin melakukan komunikasi dengan para stakeholder terkait penurunan kemiskinan. Dari komunikasi tersebut, para stakeholder memberikan respon positif untuk mewujudkan program bersama ini. Sehingga pemerintah tidak bekerja sendirian untuk menanggulangi kemiskinan di Jawa Tengah.
“Ini tidak lepas dari beberapa program pemprov Jateng, dan program yang menjadi primadona, yakni program Satu OPD Satu Desa Dampingan, yang mana program ini memayungi beberapa program yang ada di dinas, RTLH, Jambanisasi, bantuan keluarga miskin. Itu kita kawal sampai level desa. Kita koordinasikan dengan (pengurus) RT, RW. Yang menarik, ketika kita gelorakan, kita komunikasikan dengan perusahaan yang memiliki CSR(Corporate Social Responsibility), kita diskusikan dengan tokoh masyarakat, dan organisasi-organisasi, mereka mengikuti. Ada beberapa masyarakat yang ikut andil sosialisasi pengentasan kemiskinan. Ada bedah rumah yang dilakukan oleh CSR, bahkan Baznas juga melakukan itu, memberikan insentif kepada masyarakat miskin, ada jambanisasi, pembuatan jalan, kita sinkronisasikan dengan program desa dampingan,” papar dia.
Lebih jauh, Gus Yasin menyampaikan bahwa program Satu OPD Satu Desa Dampingan telah direplikasi oleh beberapa pemerintah kabupaten/kota. Menurutnya, hal ini sangat baik untuk bersama-sama memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk bangkit dari zona kemiskinan. Dia menilai pemerintah kota/kabupaten memiliki andil yang cukup besar dalam pengentasan kemiskinan. Oleh karenanya, dia berharap agar seluruh kabupaten/kota melakukan langkah serupa.
“(Program) Desa dampingan, direplikasi oleh pemerintah kabupaten/kota. Itu juga dirasakan masyarakat, dan (pemerintah) kabupaten/kota menyampaikan ini efektif,” tandasnya.
Sebagai informasi, Provinsi Jawa Tengah berhasil menurunkan kemiskinan hingga mencapai 102,57 ribu jiwa dari 3,93 juta jiwa menjadi 3,83 juta jiwa. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, pada Maret 2022, angka kemiskinan di Jawa Tengah turun 0,32 persen poin, yakni 10,93 persen. Sebelumnya, pada September 2021, angka kemiskinan di Jateng tercatat pada 11,25 persen poin.