KAJEN – Direktur RSUD Kraton, dr. Henny Rosita, menegaskan bahwa nasib seorang pasien stroke kerap ditentukan dalam hitungan menit. Kecepatan dan ketepatan terapi, terutama trombolisis, menjadi dua pilar yang tidak bisa dipisahkan dalam penyelamatan jaringan otak.
Pesan itu disampaikan saat membuka Seminar Kesehatan “Time is Brain” yang digelar di Hotel Nirwana Pekalongan, Minggu (30/11/2025). Acara ini dirancang untuk memperkuat mutu layanan stroke akut di seluruh lini tenaga kesehatan.
“Terapi trombolisis adalah terobosan penting, tetapi bekerja dalam jendela waktu yang sangat sempit. Kecepatan tanpa ketepatan bisa memicu perdarahan, sementara ketepatan tanpa kecepatan membuat kita kehilangan momentum penyelamatan otak,” ujar dr. Henny, Senin (1/12/2025).
Menurutnya, stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia. Karena itu, sistem pelayanan yang cepat, akurat, dan terkoordinasi lebih menentukan hasil akhir dibanding sekadar kecanggihan alat.
Dr. Henny menekankan pentingnya peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam mengenali tanda-tanda stroke dan memastikan pasien segera mencapai rumah sakit rujukan pada waktu ideal.

“Kami berharap seminar ini memperkuat koordinasi lintas unit sehingga alur penanganan semakin efektif,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi dedikasi seluruh tenaga kesehatan yang terus berupaya meningkatkan standar layanan.
Ketua panitia, dr. Shinta Arya Pudyaswati, Sp.MK, M.Ked.Klin, mengingatkan bahwa kerusakan sel otak terjadi dalam hitungan detik, sehingga setiap keterlambatan menjadi sangat krusial.
“‘Time is Brain’ bukan slogan, tapi kenyataan biologis. Tantangan terbesar kita adalah mengeksekusi trombolisis secara cepat dan tepat sesuai protokol,” tegasnya.
Seminar ini juga memperbarui wawasan peserta tentang pedoman terbaru, kesiapan sistem Code Stroke, serta tantangan implementasi di lapangan.
Acara menghadirkan dua narasumber ahli:
dr. Rustanti, M.Sc., Sp.S
dr. Laksmi Indira Kartini Tedjo, Sp.N
Keduanya membahas perkembangan tatalaksana stroke akut, indikasi dan kontraindikasi trombolisis, serta pentingnya koordinasi pra-rumah sakit hingga IGD untuk mempercepat pengambilan keputusan klinis.
Peserta seminar berasal dari Puskesmas se-Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Batang, Pemalang, beberapa rumah sakit regional, hingga TPMD (Tempat Praktik Mandiri Dokter).
“Semoga ilmu ini dapat diterapkan langsung dan membantu menekan angka kecacatan akibat stroke,” ujar dr. Shinta.
Dengan digelarnya seminar ini, RSUD Kraton berharap standar kegawatdaruratan daerah makin sigap, adaptif, dan responsif terhadap tingginya kasus stroke di masyarakat. (GUS)