KAJEN — Tradisi tahunan pembukaan Pintu Bendungan Gembiro di Desa Krandon, Kecamatan Kesesi, yang biasanya digelar setiap 1 November, dipastikan tidak dilaksanakan pada tahun 2025. Keputusan ini diambil setelah dua dari tiga pintu bendungan mengalami kerusakan teknis yang cukup berat, diperparah dengan kondisi debit air yang tinggi sepanjang musim hujan.
Operator Bendung Gembiro, Toni Waluyo, pada Jumat (14/11/2025) menjelaskan bahwa kerusakan bermula dari konsleting pada dinamo motor listrik yang berfungsi untuk membuka pintu bendungan. Upaya perbaikan sempat dilakukan, namun masalah kembali muncul hanya beberapa hari kemudian.
“Motor listriknya konslet, sudah dilepas dan diperbaiki, tapi setelah dipasang kembali masih bermasalah. Setelah dicek mendalam, ternyata kerusakan ada di bagian as, gir, dan bushing kuningan yang retak dan bengkok,” jelas Toni.
Investigasi teknis menemukan bahwa daun pintu dan rumah pintu mengalami kemacetan, menyebabkan tekanan berlebih pada sistem mekanis. Sementara itu, debit air dari hulu—yang berasal dari Bendungan Sragi/Brondong dan Bendungan Kajen—terus tinggi sehingga perbaikan besar tidak bisa dilakukan.
“Untuk memperbaiki rumah pintu, kami butuh kondisi debit kecil. Sekarang masuk musim hujan, debit besar terus. Jadi pekerjaan hanya bisa dilakukan saat kemarau,” tambahnya.
Karena hanya satu dari tiga pintu yang masih dapat dibuka, pembukaan bendung dianggap tidak mungkin dilakukan. Toni menegaskan bahwa SOP mengharuskan ketiga pintu dibuka bersamaan untuk memastikan proses pengeringan berjalan aman.
“Kalau satu pintu saja dibuka, debitnya tidak akan mampu mengeringkan. Malah berisiko ke pondasi jembatan dan tanah warga di hilir. SOP mengharuskan tiga pintu dibuka bertahap,” ujarnya.

IP3A Minta Pemerintah Beri Informasi Resmi, Warga Jangan Dibuat Bingung
Ketua Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Kalijogo, Tangguh Prawiro, yang ikut meninjau langsung kondisi bendungan pada Jumat (14/11/2025), menilai bahwa simpang siur informasi di media sosial menjadi penyebab keresahan sebagian warga. Tradisi “bedah bendung” atau yang dikenal dengan istilah “memet iwak” ini selama ini menjadi hiburan rakyat bagi masyarakat Kabupaten Pekalongan.
“Kami memantau karena info di medsos simpang siur. Ternyata memang dalam perbaikan. Sayangnya masyarakat tidak tahu penyebab pastinya karena minim informasi dari pemerintah,” ujar Tangguh.
Menurutnya, pembatalan kegiatan tahun ini tidak menimbulkan dampak besar bagi petani, tetapi berdampak secara sosial karena tradisi tersebut dinantikan banyak warga.
“Untuk pertanian, tidak terlalu berpengaruh. Tapi bagi masyarakat umum ini hiburan rakyat. Kami menyayangkan kalau tidak dibuka, tapi kami juga paham kondisi teknisnya memang rusak,” jelasnya.
Tangguh berharap pemerintah, baik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana maupun Pemerintah Kabupaten Pekalongan, segera memberikan rilis resmi agar tidak ada lagi polemik di media sosial.
“Kami mendorong BBWS agar cepat tanggap. Ini bukan hanya soal tradisi 1 November, tapi untuk kesiapsiagaan banjir dan pengelolaan air. Harapannya perbaikan segera selesai dan tradisi ini bisa kembali digelar tahun depan.”
Dengan dua pintu mengalami kerusakan mekanis dan kondisi debit air yang tidak memungkinkan perbaikan menyeluruh, tradisi pembukaan Bendung Gembiro tahun 2025 dapat dipastikan ditiadakan. Perbaikan besar diperkirakan baru dapat dilakukan pada musim kemarau mendatang. Masyarakat diimbau memahami situasi teknis yang terjadi dan menunggu informasi resmi dari pihak berwenang. (GUS)