KAJEN – Pasar tradisional saat ini sedang menghadapi situasi sulit. Salah satunya sepi pengunjung, menurunnya daya beli masyarakat dan kepraktisan jangkauan antara penjual dan pembeli. Seperti yang terjadi di pasar tradisional Wiradesa. Terpantau banyak kios dan lapak pedagang yang tidak ditempati. Alasan pedagang diantaranya tempat jualan yang sepi karena jauh dari pembeli. Sementara pengunjung lebih memilih jalan dengan membeli barang yang dibutuhkan pada penjual yang berada di luar atau emperan pasar Wiradesa.
Hal itu dibenarkan salah satu penjual tahu di blok A1 yang mengatakan dirinya lebih memilih berjualan di luar gedung karena lebih dekat dengan pembeli. Sehingga dirinya tidak menempati lapak yang telah disediakan oleh pengelola pasar walaupun tempat jualannya lebih representative.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pekalongan, Susanto Widodo. Pihaknya mengakui ratusan lapak dan kios di Pasar Wiradesa banyak yang tutup dan tidak ditempati oleh pedagang. Padahal bangunan pasar untuk para pedagang yang disediakan lebih bagus dan nyaman untuk berdagang.
“Saya tidak hapal (jumlahnya). Yang jelas sisa dari hasil undian pedagang saja ada lebih dari tiga ratusan. Itu posisi lapak atau kios yang diatas. Kalau yang dibawah sudah isi semua,” tutur Susanto.
Pihaknya juga masih mengkaji usulan dari wakil ketua DPRD Kabupaten Pekalongan, Sumar Rosul saat melakukan kunjungan di pasar Wiradesa, Jumat (06/12/2024), salah satunya dengan memberikan stimulan bagi pedagang untuk membebaskan pembayaran selama tiga bulan. Diketahui kekosongan lapak dan kios yang ditinggalkan pedagang hampir merata di tiap blok pasar Wiradesa.
“Merata. Blok A lantai dua kosong. Kemudian blok D dan E juga kosong. Yang blok F kan untuk makanan itu sudah isi semua termasuk blok C”, tambah Susanto.
Bahkan, tambah Susanto, pedagang lebih memilih dagangannya laris daripada tempat yang representative.
“Dan bagi pembeli, yang penting ndang di dodoli (cepat dilayani) dan pulang. Kebanyakan sudah pake (konsep) drive thru (pesan bawa pulang) semua”, jelas dia.
Saat ini pihak terkait juga sedang mengkaji sistem parkir manual di pasar Wiradesa yang rencananya akan dialihkan menjadi parkir elektronik. Tujuannya untuk meminimalisir “kebocoran” pendapatan daerah dan kepraktisan pengunjung yang menggunakan kendaraan dalam membayar parkir.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pekalongan, Agus Purwanto mengatakan pihaknya sedang mengkaji sistem tata kelola parkir di pasar Wiradesa terutama di titik-titik akses pintu masuk, termasuk kebutuhan anggarannya. Di pasar Wiradesa sendiri terdapat lima pintu akses bagi pedagang dan pengunjung yang akan menuju ke pasar.
“Pengelolaannya bisa kita pihak ketigakan atau dikelola sendiri walaupun masih menggunakan portal itu. Maka nanti hasil kajiannya seperti apa nanti akan kita simpulkan. Tapi kita berkomitmen untuk menuju kesitu”, jelas Agus.
Agus menambahkan target pendapatan parkir pasar Wiradesa di tahun 2024 adalah sekira Rp. 62 juta rupiah per tahun. Dan diharapkan akhir tahun 2024 akan tercapai karena di bulan desember ini telah mencapai 99 persen dari target. (GUS)